Rabu, 17 Juni 2015

Huruf Pegon


https://aldawamu.files.wordpress.com/2013/02/imagesarab.jpg

Huruf Pegon mengambil namanya dari kata Pego yang berarti menyimpang, karena menggunakan abjad Arab (Hijaiyah) untuk menuliskan bahasa Jawa atau Sunda. Sedang dalam bahasa Bausastra, kata Pegon berarti tidak murni. Berbeda dengan huruf Gundul atau Gundhil, Pegon sejatinya adalah huruf konsonan sebelum digandeng dengan huruf vokal atau sandangan huruf lainnya. Penggunaan huruf vokal ini bertujuan untuk menghindari kerancuan dengan bahasa Melayu yang tidak terlalu banyak memakai kosakata vokal.

Huruf Pegon sendiri diyakini dikembangkan pada tahun 1400an oleh Sunan Ampel, atau dalam teori lainnya dikembangkan oleh murid Sunan Ampel, Imam Nawawi asal Banten. Yang pasti, huruf ini lahir dari kalangan pemuka agama Islam dan diajarkan secara umum di pesantren-pesantren selama masa penjajahan Kolonial Belanda. Pada masa itu, muncul fatwa yang menolak untuk menggunakan produk-produk penjajah, termasuk tulisan mereka. Maka kalangan ini menggunakan Pegon sebagai simbol perlawanan, juga sebagai bahasa sandi untuk mengelabuhi penjajah pada saat berkomunikasi dengan sesama anggota pesantren dan juga beberapa pahlawan Nasional yang berasal dari golongan santri. Dalam manuskrip dan literatur pesantren, huruf ini juga banyak ditemukan, seperti dalam Serat (Nabi) Yusup.

Huruf ini dikenal sebagai Pegon di Nusantara, huruf ini mendapat nama Huruf Jawi di Malaysia, namun secara luas dikenal sebagai huruf Arab Melayu karena huruf ini juga akhirnya menyebar hingga ke Brunei, Thailand, dan Filipina. Uniknya, meski digunakan untuk menulis kosakata Jawa, huruf ini tetap ditulis dari kanan ke kiri layaknya penulisan Arab, dengan kaidah penyambungan yang sama.

Sayang, saat ini huruf Pegon kian menghilang meski dulunya digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat, dari kalangan kyai hingga sastrawan. Selain memang bersifat temporary (sementara), hilangnya Pegon juga karena kolonial Belanda menekan pergerakan perlawanan dari pesantren.

Meski pakem asli dari huruf Pegon tak pernah ditemukan, namun dalam beberapa buku daerah klasik dapat ditemukan huruf Pegon dengan karakter yang hampir sama satu sama lain. Dalam manuskrip Islam di Jawa kuno, huruf ini seringkali digunakan untuk menulis jenggotan, yakni terjemahan bahasa Jawa atas naskah berbahasa Arab.

Berikut daftar huruf Pegon, dengan penjelasan yang dilingkari merupakan penyesuaian huruf Arab dan Jawa:


 

Contoh penggunaan Aksara Pegon dalam Doa Bapa Kami (Bahasa Jawa)

Sumber:  

"The LORD'S PRAYER in Five Hundred Languages comprising the leading languages and their principal dialects throughout the world with the places where spoken - with a preface by Reinhold Rost, C.I.E, LL.D., PH.D.", Gilbert & Rivington Limited, London, 1905.

Kalau di mata kuliah filologi huruf pegon di kalangan orang melayu disebut juga dengan huruf jawi, teksnya tidak hanya berbahasa jawa tapi juga berbahasa Indonesia dan juga Melayu. 

Selain itu tulisan pegon juga digunakan sebagai ma'no gandul yaitu terjemahan perkata dengan bahasa jawa yang berada dibawah teks asli berbahasa arab.

Nah mungkin sekilas tentang huruf pegon, yuk kita lihat contohnya:

Sumber:  
Tarikh an-Nabi Muhammad SAW disusun oleh K. Thoha Mahsun Hlm 1.
"Kitab tarikh iki banget migunani kanggo kaum muslimin lan muslimat, mengkono ugo bocah lanang lan wadon kang wis podo ngerti HURUF PEGON, ringkes tur terang.- ing jerone pirang-pirang ayat Qur'an lan ing entek-entek ane di tambah satus hadist"

Kitab tarikh ini sangat berguna untuk kaum muslimin dan muslimat begitu juga untuk anak laki-laki dan perempuan yang sudah mengerti huruf pegon yang ringkas dan jelas. Di dalamnya terdapat banyak ayat al-Qur'an dan diakhir (kitab) ditambakan seratus hadist.

Contoh huruf pegon dalam ma'no gandul :

Sumber: 
Wasiyatul Musthofa Lil Imam Ali. diterjemahkan oleh Muhammad Asror Hajj Thoha

……………………………………………………...........................

DAFTAR PUSTAKA

  • Th. Pigeaud, Literature of Java. 1970.
  • B. Arps, Tembang in Two Traditions. 1992.
  • Titik Pudjiastuti, Sadjarah Banten. 2000.
  • Manuskrip Islam Pesantren, Pegon: Aksara Masyarakat Indonesia yang hilang. 2013.

……………………………………………………........................... 

Sumber :
www.adibriza.com
kampungarabsurabaya.blog.com
www.christusrex.org

2 komentar: